“Gantungkan cita-citamu
setinggi langit.” Pepatah lama yang pernah ku dengar, waktu aku masih duduk di bangku SD. Kata
–kata itu pula yang membuat aku bercita-cita ingin menjadi seorang guru.
Namun, impian itu harus rela ku kubur
dalam-dalam. Ketika keadaan, memaksaku
untuk berhenti sekolah dari SMA N 1 .Saat
itu, aku duduk di kelas 2 . Sebenarnya, bisa saja aku berpindah ke salah
satu sekolah swasta atau yayasan. Tapi,
ambisiku untuk mencari uang, guna membantu ekonomi orang tua telah mengalahkan cita-citaku.
Keras kepala, adalah sifat buruk
yang sulit aku hilangkan. Mengorbankan diri sendiri, demi orang-orang yang aku cintai. berbekal nekat,
dan keyakinan. Yahh… itu adalah aku saat remaja.
Aku melangkahkan kaki, meninggalkan
tanah Lampung. Mencoba mencari peruntungan di tanah Banten. Tanpa ijazah dan
keterampilan kerja khusus. Membuatku kesulitan mencari pekerjaan. Lapar,
membuat aku membuang jauh-jauh rasa gengsi. Apapun akan aku lakukan, selagi
masih berlogo halal. Menjadi pengamen, kernet angkot, tukang parkir , dan kuli
serabutan. Semua aku lakukan, agar
adik-adiku tak bernasib sama denganku. “Emak,.. Abah.. Ternyata, mencari uang
tak semudah yang aku bayangkan.” Namun aku punya kebanggan tersendiri saat aku
bisa mengirim kan uang untuk membantu kebutuhan orang tua. Yah, walaupun
jumlahnya tak seberapa.
Bulan demi bulan, tahun demi tahun.
Keadaan masih saja sama, meski aku sudah mencoba . tapi, aku masih belum bisa mendapatkan
pekerjaan yang layak, namun, aku mensyukuri apa yang telah tuhan beri. Aku tak
berani menyalahkan keadaan, protes kepada orang tua, apalagi menyalahkan Tuhan.
Walaupun dalam hati, terkadang ada rasa iri. Pada mereka yang bisa menikmati
fasilitas dan pendidikan yang lebih. Tapi aku cukup tau diri, dan memperbanyak
rasa syukur atas apa yang telah kurasakan.
Kerinduanku pada orang tua, dan
keluarga, hanya bisa terbayar saat hari raya.
“Nak,
sekarang adikmu sudah lulus sekolah, dan adik kesayanganmu itu sudah lulus
kuliyah walaupun cuma D3 . Apalagi sih yang kamu perjuangkan. Apa kamu nggak
pingin menikah?” pertanyaan Emak, seakan membuatku ingin sekali menceritakan
perjalanan cintaku yang selalu berakhir dengan kata PUTUS. Namun aku tak tega,
karena aku tahu. Perasaan Emak begitu sensitif. Aku hanya tersenyum dalam peluk
Emak. Aku yang jarang dimanja, hanya bisa merasakan kasih sayang dari tiap doa
yang Emak berikan.
Abah, adalah sahabat ‘curhat’, tiap
kali aku mengalami masalah, tentang pekerjaan, kehidupan, agama, bahkan cinta. Yah
karena kebijakanya dan sosok ayah yang penyabar dan penyayang. Disuatu malam,
aku bercerita pada abah, tentang
perjalanan cintaku, 11 tahun ditanah rantau, tentu saja banyak cerita, aku
pernah berhubungan dengan seorang guru SD dan putus karena orang tuanya
melarang, lantaran pekerjaanku. TKW, pekerja pabrik, pelayan toko dan alas an yang sama pula yang aku dapati.
Hingga aku berfikir apakah seorang kuli tak pantas jatuh cinta atau mungkin
suatu pekerjaan yang hina. Entahlah…
“Hidup itu sebuah pilihan, dan tidak
memilihpun adalah sebuah pilihan.” Setiap orang, pasti inginkan yang terbaik.
Terkadang, aku bertanya pada diri sendiri “adakah orang yang bisa menerima aku
apa adanya.” Aku tak berharap Dewi dari kayangan untuk menjadi pendampingku,
Putri keraton, anak pejabat, anak pak lurah, ataupun anak pak RT. Yang
kuharapkan hanya seseorang yang mau menerima aku apa adanya. Sudah bisa
menerima aku apa adanya saja, sudah lebih dari cukup. Asalkan, seiman dan
seagama.
Aku yakin ,jodoh itu di tangan
tuhan. Bukan di tangan panjang, apalagi ditangan dukun, hehehe,, akhirnya aku
dapati seseorang yang bisa menerima aku apa adanya, wanita yang sederhana,
namun kaya hati, apakah dia jodohku?, aku harap sih begitu. Akan selalu ku jaga
cinta yang saat ini aku rasakan. Semoga
tak adalagi kata ‘ putus’ yang selalu menghantui harapanku. Tentang pekerjaan,
Aku akan berjuang dan aku yakin, suatu saat aku bisa mandiri, dan menjadi apa
yang aku cita-citakan. Aku bisa,,,,, harus bisaaaaaa… dan pasti bisaaaaa,….
Doaku
adalah ikhtiar, tertanam dalam hati, terucap dari lisan, dan akan terwujud
dalam perbuatan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar