Selamat Datang di Blog Uky Djadoel

Rabu, 06 November 2013

Cinta kuli, sebatas beban




            “Gantungkan cita-citamu setinggi  langit.”  Pepatah lama yang pernah ku dengar,  waktu aku masih duduk di bangku SD. Kata –kata itu pula yang membuat aku bercita-cita ingin menjadi seorang  guru.
Namun, impian itu harus rela ku kubur dalam-dalam. Ketika keadaan,  memaksaku untuk berhenti sekolah dari  SMA N 1 .Saat itu, aku duduk  di kelas 2 .  Sebenarnya, bisa saja aku berpindah ke salah satu sekolah swasta  atau yayasan. Tapi, ambisiku untuk mencari uang,  guna  membantu ekonomi orang tua  telah mengalahkan cita-citaku.
            Keras kepala, adalah sifat buruk yang sulit aku hilangkan. Mengorbankan diri sendiri, demi   orang-orang yang aku cintai. berbekal nekat, dan keyakinan. Yahh… itu adalah aku saat remaja.
            Aku melangkahkan kaki, meninggalkan tanah Lampung. Mencoba mencari peruntungan di tanah Banten. Tanpa ijazah dan keterampilan kerja khusus. Membuatku kesulitan mencari pekerjaan. Lapar, membuat aku membuang jauh-jauh rasa gengsi. Apapun akan aku lakukan, selagi masih berlogo halal. Menjadi pengamen, kernet angkot, tukang parkir , dan kuli serabutan. Semua  aku lakukan, agar adik-adiku tak bernasib sama denganku. “Emak,.. Abah.. Ternyata, mencari uang tak semudah yang aku bayangkan.” Namun aku punya kebanggan tersendiri saat aku bisa mengirim kan uang untuk membantu kebutuhan orang tua. Yah, walaupun jumlahnya tak seberapa.
            Bulan demi bulan, tahun demi tahun. Keadaan masih saja sama, meski aku sudah mencoba . tapi, aku masih belum bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, namun, aku mensyukuri apa yang telah tuhan beri. Aku tak berani menyalahkan keadaan, protes kepada orang tua, apalagi menyalahkan Tuhan. Walaupun dalam hati, terkadang ada rasa iri. Pada mereka yang bisa menikmati fasilitas dan pendidikan yang lebih. Tapi aku cukup tau diri, dan memperbanyak rasa syukur atas apa yang telah kurasakan.
            Kerinduanku pada orang tua, dan keluarga, hanya bisa terbayar saat hari raya.
“Nak, sekarang adikmu sudah lulus sekolah, dan adik kesayanganmu itu sudah lulus kuliyah walaupun cuma D3 . Apalagi sih yang kamu perjuangkan. Apa kamu nggak pingin menikah?” pertanyaan Emak, seakan membuatku ingin sekali menceritakan perjalanan cintaku yang selalu berakhir dengan kata PUTUS. Namun aku tak tega, karena aku tahu. Perasaan Emak begitu sensitif. Aku hanya tersenyum dalam peluk Emak. Aku yang jarang dimanja, hanya bisa merasakan kasih sayang dari tiap doa yang Emak berikan.
            Abah, adalah sahabat ‘curhat’, tiap kali aku mengalami masalah, tentang pekerjaan, kehidupan, agama, bahkan cinta. Yah karena kebijakanya dan sosok ayah yang penyabar dan penyayang. Disuatu malam, aku  bercerita pada abah, tentang perjalanan cintaku, 11 tahun ditanah rantau, tentu saja banyak cerita, aku pernah berhubungan dengan seorang guru SD dan putus karena orang tuanya melarang, lantaran pekerjaanku. TKW, pekerja pabrik, pelayan toko  dan alas an yang sama pula yang aku dapati. Hingga aku berfikir apakah seorang kuli tak pantas jatuh cinta atau mungkin suatu pekerjaan yang hina. Entahlah…
            “Hidup itu sebuah pilihan, dan tidak memilihpun adalah sebuah pilihan.” Setiap orang, pasti inginkan yang terbaik. Terkadang, aku bertanya pada diri sendiri “adakah orang yang bisa menerima aku apa adanya.” Aku tak berharap Dewi dari kayangan untuk menjadi pendampingku, Putri keraton, anak pejabat, anak pak lurah, ataupun anak pak RT. Yang kuharapkan hanya seseorang yang mau menerima aku apa adanya. Sudah bisa menerima aku apa adanya saja, sudah lebih dari cukup. Asalkan, seiman dan seagama.
            Aku yakin ,jodoh itu di tangan tuhan. Bukan di tangan panjang, apalagi ditangan dukun, hehehe,, akhirnya aku dapati seseorang yang bisa menerima aku apa adanya, wanita yang sederhana, namun kaya hati, apakah dia jodohku?, aku harap sih begitu. Akan selalu ku jaga cinta yang saat ini  aku rasakan. Semoga tak adalagi kata ‘ putus’ yang selalu menghantui harapanku. Tentang pekerjaan, Aku akan berjuang dan aku yakin, suatu saat aku bisa mandiri, dan menjadi apa yang aku cita-citakan. Aku bisa,,,,, harus bisaaaaaa… dan pasti bisaaaaa,….
Doaku adalah ikhtiar, tertanam dalam hati, terucap dari lisan, dan akan terwujud dalam perbuatan..  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar