Selamat Datang di Blog Uky Djadoel

Selasa, 05 November 2013

Arti Cinta sejati

            Siang itu, mentari membuka matanya lebar lebar, nampak marah membakar kulit yang hitam, hempasan angin laut memantul di bukit bukit sepanjang pantai, namun semangat lelaki ini tak pernah gentar, tubuhnya yang kecil terombang ambing diatas
jalanan yang berlubang. Debu jalanan membuatnya tak bisa menarik gas dalam dalam.
            Demi cinta, gunungpunku daki, lautan ku sebrangi. Demi warsih pujaan hati yang hingga kini masih berlayar di negri beton,, 
            Ngikk... motor pun berhenti, disamping sebuah warung, di depan rumah bercat hijau, teras keramik berwarna merah,, rumah sederhana tapi indah, letaknya dikaki bukit yang hijau.  Andai saja, aku jadi menikah dengan warsih, pasti aku akan tinggal disini, 
             Tok.. tok,tok, kuketuk pintu yang masih mengatup rapat,
"assalamualaikum". aku menguluk salam sambil membersihkan debu,
"waalaikum salam, masuk" jawab seorang ibu. Dengan sdikit gemeter aku pun mengulurkan tangan,
"saya Warsono, temannya warsih"
"silahkan duduk, " jawabnya ramah.
" dimana kenal Warsih?" kejarnya menyambung obrolan,
"di facebook" jawab ku agak sedikit malu”
Aku  beruntung sekali, kedatanganku tersambut manis oleh salah satu keluarganya.
" maaf ya dik, warsih itu adik bungsu ku, setelah orang tua kami meninggal. Mbak yang mengurusnya, mbak juga kasihan liat Warsih harus pontang panting cari duit" dengan nada sedih dan mata yang memerah, aku pun hanya terdiam dan mengangguk,  "bentar ya dik, mbak kedapur dulu" seru nya sambil beranjak dari tempat duduk.  "gak usah repot repot mbak" jawabku sambil melepas jaket.
            Di atas sofa, aku terdiam sendiri, mataku berkeliling, melihat- lihat  photo yang terpajang di dinding. Hingga mataku terhenti, pada satu photo berukuran 10R.
gadis manis berkerudung merah, jari telunjuk menempel di pipi. Pose yang sama, yang pernah kulihat di salah satu photo profil  Facebook. Yah…. itu Warsih.

"silahkan diminum."   aku  masih tercengang  menatap  poto itu, dan tak menyahuti tawaran.
"ehm.. ehm. Silahkan dimakan, pisang gorengnya." mbak Siti, kembali menawarkan. Kali ini dengan nada keras dan mengulum senyum"
"iya.. iya..iya" jawabku kaget. Aku tak sadar, mbak Siti memperhatikanku  sedari tadi.
            Percakapan berlangsung sengit, aku hanya tersenyum manis, mendengarkan mbak Siti yang menceritakan kelakuan Warsih kecil yang menjurus lucu.  Mbak Siti memberikan  nasihat untuk menjalin hubungan, agar tetap langgeng.
"warsih emang sedikit manja, wataknya juga keras,!" ujar mbak Siti, sembari bergeser duduknya.
"iya mbak, semoga aku bisa memaklumi nya, sekalian aku datang kesini, pingin minta do’a restunya. semoga kita berjodoh"  aku sedikit menolah, karna tak sanggup menahan malu.
"amiin. mbak sebagai pengganti orang tua, ya manut wae. Toh,.. kalian yang akan jalani,,  jaga baik baik ya hubungan kalian." Aku begitu lega mendengarnya, tak terasa jam dinding menunjukan pukul ,17:15 wib. Aku pamit pulang, karena jalan disini masih sepi, dan rawan.
           Malam ini, langit tak berbingkai. Bulan bersembunyi di balik awan yang hitam,  tak satupun gemintang yang menampakan sinarnya, hujan pun turun semakin deras. Ku rebahkan bada ku diatas matras tanpa dipan, Aku masih tersenyum, mengingat kata-kata mbak Siti siang tadi,, "Alhamdulillah, akhirnya dapet lampu hijau juga" sahut ku dalam hati,
"asa rehe., rehe, rehe.. " bunyi dering ponselku,
kulihat dilayar Samsung  GT S 5570 yang belum lunas angsurannya ini,
"ini nomor siapa ya?,nomor baru, tapi kok kode negara nya gak asing ya, +8526xxxxx. "
“kelamaan mikir ahh..." tombol hijau pun ku sentuh.
"halo, assalamualaikum, siapa nih?" tanyaku agak sedikit membentak..
"wa'alaikum salam, saya Warsih mas!" jawabnya lembut.
Dag dig dug dag. Dig dug, jantung ku berdetak kencang mendengar lembut suaranya,.
"Ehm.. ehm,, apa kabar nong?" tanya ku dengan detak jantung yang belum stabil.
"baik mas,," lembut suaranya membuatku semakin tak mampu berkata kata,
"mamaas kenapa?,.. Sakit,!,. sakit apa,,sariawan, flu, atau cacingan,?" tanya warsih yang khawatir,
"anu nong, anu.. Mamas gak mama kok..! aishh,.. gak papa maksudnya, cuma lagi tes suara. Biar agak seksi kedengarannya" sahutku yang semakin gugup,
           Ini pertama kali aku  mendenger suaranya. biasanya sih, cuma komentar di status FB atau inbox.
"oh iya mas, Warsih udah telpon keluarga , terus mereka setuju, dengan hubungan kita,"
ujar warsih yang juga ikut bahagia. Aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk.
"mas kata mbak Siti, pacaran nya jangan lama lama.. Tunggu aku di indonesia ya mas" kejar Warsih, karena aku tak menyahuti obrolannya .
Karena terlalu girang.  Aku  meloncat loncat. Kesana kemari. Dan…… Gubraak...
ponselpun terjatuh.  Chasing nya terbuka dan batunya  terpental.
“Biyuhh.. biyuhh, ciloko dua belas iki,”  aku  menggerutu sambil menepuk jidat. Akhirnya ponsel pun telah seperti semula, ku tekan tombol ON di sebelah kanan layar. Dan alhamdulillah masih bisa dinyalakan. Dikarenakan pulsaku sedang dalam keadaan kritis, jadi, aku tak bisa menelpon, terpaksa harus  buka M.facebook,. Gratisan..,,
           Pada kolom pencarian, ku ketik sebuah nama.( Warsih Cutte) setelah muncul dilayar yang biru, ku sentuh kolom pesan,
" warsih, alhamdulillah, kalau mereka setuju. Maaf, tadi baterai ponsel ku lemah,,
miss u," pesan pun melayang. Namun, tak menunggu waktu lama, pesan masuk pun datang.
"alhamdulillah ya mas, miss u too “
hujan, jangan berhenti. Temani aku sampai pagi menjemput. Aku tak ingin melewati malam yang bahagia ini.
            Empat bulan sudah, kisah kasih asmara kita terjalin. Hingga  kami merencanakan pertunangan lewat  telephone. Aku semakin bersemangat untuk mengais rejeki. Karna aku terlahir dari keluarga yang tidak mampu, jadi aku harus bekerja lebih rajin. Karena aku tau, biaya untuk menikah itu mahal. Apalagi, kalau ada layar tancepnya.  
           Hubungan kami berjalan lancar-lancar saja, hingga mencapai waktu sepuluh bulan. Hari itu 10 Oktober 2011, tepat dihari pernikahan Lastri (adikku). Dalam acara ‘langkahan’. Aku memberitahukan secara lisan, kepada saudara, tetangga dan semua sahabat untuk menghadiri ,pertunanganku dengan Warsih,  tanggal 25 desember 2011 nanti.  Kebahagiaan, nampak  jelas terlihat  dimata kedua orang tuaku, karna langkahan itu hanya mitos.
"kata orang zaman dulu, kalau seorang kakak dilangkahin adiknya, bisa susah dapat  jodoh." aku tak percaya dengan hal-hal semacam itu. Yang aku tahu, Jodoh itu, di tangan Tuhan, bukan di tangan Panjang.
            Pesta pun berakhir. Rasa lelah dan lega berbaur menjadi satu. Tiba-tiba ponselku bergetar, ku rogoh ponsel dari dalam saku ku. Ternyata ada pesan  masuk, oh dari Warsih” aku pun tersenyum. Seketika lengkungan senyum ku berubah, mata ku memerah, detak jantung pun berdebar lebih kencang, darah berkumpul diubun ubun,
ketika ku baca pesanya.
"mas Warso, maafin aku kalau selama ini, aku gak jujur sama mas, lupain aku,, aku gak bisa tunangan sama mas, karna aku akan menikah dengan Agus, mantan ku. mas jangan marah ya,, kalau mas punya waktu nanti tanggal 25 desember dateng ya,. sekali lagi maaf mas"
Tut,, tut.. tut,, aku coba untuk menelphone , tapi hanya suara ‘tante mail box’ yang kudengar. Mungkin di Facebook  aku bisa menghubunginya, dilayar ponselku, nama  Warsih cutte tak bisa ku dapati di kolom pencarian. Ternyata, aku di blokir.
prakkk….” ponsel kesayangan ku hancur berkeping keping, seperti hati ku yang tersobek sobek,,
dasar wanita, racun dunia.. racun serangga, racun tumbila.”   “Warsihhhh... !!!”
aku menjerit, meradang,,
            Hari-hari yang ku lalaui, terasa seperti neraka, harapanku seakan terkubur penghianatan.”Kenapa? kenapa? kenapa?” aku semakin larut dalam penyesalan, 
luka ku smakin terperih tiap kali bayangan warsih melintas. Bau badan ku semakin menusuk, karna sudah  hampir tiga bulan tak mandi. pipiku mulai cekung,, rambut acak-acakan. Setiap hari, hanya kopi  pahit, dan batangan rokok yang masuk dalam mulutku. semua keluarga menghawatirkan aku, tapi, aku tetap mengunci diri dalam kamarku.
         Tuwiw.. tuwiw.. tuwiw,..  mobil  ambulan pun berhenti di pelataran rumahku. Dan  aku pun  tak tahu apa yang terjadi. Ketika aku tersadar , jarum infus sudah menempel di lengan kanan. tubuhku terkulai lemas, dalam samar pandangan. Aku menatap wajah wajah lusuh, dan mata sembap, berdiri mengular diatas ranjang rumah sakit ini. Mereka itu, ibu, keluarga dan sahabat-sahabatku.sudah tiga hari mereka bergantian menjaga ku. magh kronis, dan batu ginjal yang kini menyerang ku membuat mereka meneteskan air mata.
Terlalu bodoh diriku menyiksa diri sendiri, atau mungkin aku tak berani hadapi kenyataan.  Aku pun tersadar, cinta mereka lah yang abadi,  tak ada kepalsuan,  dan tak kan pernah ada penghianatan, mereka yang ada disaat aku bahagia. Dan hanya mereka yang hadir disaat aku merasakann sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar