Selamat Datang di Blog Uky Djadoel

Sabtu, 02 November 2013

Kuaci, sayang


             Tak ada hal yang paling indah selain pertemuan, saat pagi menyapa, perlahan cahaya mentari berangsur angsur memecah kabut. Angin membelai lembut dedaunan, kicau burung yang bersahutan seakan memberi kabar bahwa hari menjelang siang
“Aku sekarang di Banten” pesan singkat yang kuterima dari sebuah nomor baru, tanpa nama pengirim. Ah, mungkin itu hanya nomor nyasar atau mungkin orang iseng fikirku. Namun, rasa ingin tahu pun timbul dari dalam hati, “siapa nih” balas pesan ku. Tak menunggu waktu lama pesan pun terbalas “aku Warsih”


                Sumringah senyum mengingat sebuah nama, Bahagia menghiasi hatiku yang telah lama merindukan sosok yang biasa kujumpai di jejaring sosial Facebook. Aku bingung pakaian apa yang harus ku kenakan, sehingga isi lemari pun harus rela terkuras, tergeletak, dan menumpuk di atas kasur, pokoknya harus tampil abis abisan. Lengkap dengan minyak rambut dan parfum.
                Di sebuah warung Bakso, kita janji bertemu, aku tak sabar untuk bertemu dengan sahabat yang telah kukenal di Faceebook sejak 2 tahun lalu, “hei,” suara wanita memanggilku, duduk tepat di sudut. Aku pun mendekatinya tanpa berkedip kutatap wajah yang sederhana , tanpa kosmetik. Bergetar hatiku, fikiranku melayang dalam lamunan, jantung ku berdetak tak beraturan.
                Berbincang bincang sembari menikmati Bakso dan Es kelapa muda, seakan akan terbalas sudah kerinduan yang selama ini kurasakan, aku berharap kita tak terpisahkan oleh jarak dan waktu , meski aku tahu , hari ini Warsih harus kembali ke Hongkong. “War, emang di Indonesia nggak ada duit yah?” sindirku seakan tak rela untuk melepas kepergian nya. “hehe,, nasib dan jalan hidup orang berbeda beda, mungkin ini jalanku, aku menikmati dan mensyukurinya” jawabnya dengan nada lembut, “aku harus berjuang demi masa dep an, membantu keluarga, yah,, meski hanya seorang TKI,” kejar nya.
                Mentari semakin meninggi, Taman mungkin tempat yang tepat untuk menyampaikan rasa. Duduk berdua di atas rumput yang hijau, Di bawah rindang pohon beringin. Sembari menikmati Kuaci dan minuman ringan. Aku ingin menjadi angin yang membelai manja rambutmu yang terurai, namun kita masih belum halal untuk bersentuhan. “War, aku sayang kamu, mau kah kamu jadi pacarku?” hatiku lega setelah melepaskan anak panah yang telah lama ku genggam dalam busur rindu. “Mas, jujur aku juga punya perasaan yang sama, biarkanlah rasa ini berjalan apa adanya, kita tak perlu pacaran, cukup saling berkomitmen dan jalin tali persaudaraan”
                Tak terasa, waktu berputar seakan lebih cepat dari biasanya, Warsih harus mempersiapkan diri, karna pesawatnya berangkat sore ini. Sepedah motorku melaju santai di jalur sebelah kiri, tanpa peluk mesra, sang bidadar i yang duduk di belakangku. Tas koper jadi pembatas jarak kami. Tak butuh waktu lama karna bandara soekarno-hatta begitu dekat dengan tempat tinggalku. Lambaian tangan melepas kepergian nya, “hati-hati ya, aku akan selalu menunggumu”
                Keadaan membuat kami terpisah, tuntutan kerja, dan sisa semester yang membuatnya tak punya banyak waktu. Warsih kepercayaan yang telah kau titipkan, akan selalu kupegang erat-erat. Biarlah rinduku menjadi bait bait puisi, saat ini dan sampai nanti hingga aku berhenti berpuisi tentang kerinduan ketika kau halal bagiku.
                Waktu berjalan lambat namun pasti, meniti hari demi hari. Sudah hampir 8 bulan kita saling mengikat janji,” warsih maaf kan aku. Aku tak kuasa menjalani hubungan yang terpisahkan jarak. Ketika kerinduan merasuk dalam hatiku, untaian kata kata, ternyata tak mampu mengobati rasa ini. Warsih aku tak menepati janji kita. Aku mencintai nya, karena aku mencintai mu. Maafkan aku telah selingkuhi kepercayaan mu yang begitu teramat dalam.” Kata kata itu yang selalu membebani fikiranku. Aku bingung harus jujur atau harus larut dalam kebohongan.
                Cinta yang kusebut cinta. Apakah ini sebuah cinta? Ahh.. aku semakin tak bisa membendung rasa bersalah ini. Hidup dalam cinta segitiga, mungkinkah akan indah pada akhirnya.
Sepandai pandainya aku menyimpan kebusukan pasti akan tercium juga. Ketika Warsih mulai curiga tentang diriku yang akhir akhir ini, jarang menghubungi nya.
“mas, kemana aja sih. Kok jarang SMS atau colek aku di Facebook.” Pesan singkat yang kuterima dari akun yang bernama “Warsih cayank Warsono”.
“maaf dek, belakangan ini aku sibuk dengan urusan pekerjaan, dan kegiatan aku yang suka Backpacker . meski pun aku jarang hubungi adek, tapi cintaku gak akan berubah dek..hehehe”. aku sadar, dalam satu kebohongan pasti akan membuka kebohongan yang lain. Namun aku masih enggan untuk beranjak dan larut dalam cinta yang bercabang ini.
                Sukatmi yang kini semakin dekat, dan mulai membuka harapan untuk mejalin hubungan ke jenjang yang lebih serius. Alamakk. Aku semakin bingung ketika harus memilih diantara dua. Warsih atau Sukatmi? Warsih atau Sukatmi? Warsih atau Sukatmi? Aku semakin menimbang nimbang pribadi kedua nya. “Warsih: dewasa, bijak sana, penyabar, penyayang, taat ber ibadah, sopan, cantik, pintar memasak.sedangkan Sukatmi, orangnya gaul dan modis, sedikit manja, manis, suaranya merdu dan banyak lagi perbedaaan diantara keduanya” tapi aku sadar, hidup adalah sebuah pilihan. Tapi memilih keduanya pun, itu suatu pilihan. Ya sudahlah, biar waktu yang menjawab.
Hingga pada suatu ketika, saat aku berkunjung kerumah sukatmi, Sukatmi memeriksa Handphone milik ku. “kang ini poto siapa? Terus ini sms dari siapa, kok pake acara, sayang- sayangan ? Emang, warsih itu siapa?” Sukatmi yang manja terus meneror, wajah nya berubah seperti anjing buas yang siap melumat tubuhku hidup hidup. “anu,, anu,, anu…” Aku semakin gugup untuk mejawab . “anu siapa?” buru Sukatmi dengang nada emosi. “ ok, ok, aku jawab, itu warsih, dia pacarku.!” Sukatmi, nampak kecewa dengan jawabanku, mukanya memerah, telunjuk nya menuding lurus ke arah pintu, “pergi Kau dari hadapan ku,, dasar penghianat, penipu” aku hanya diam tertunduk malu. Tak sepatah kata pun aku lontarkan.”” Praakkk,.. “ handphone miliku pun menjadi sasaran kemarahanya. “ hei.. ada apa itu” serentak keluarga sukatmi berhamburan keluar, dari dalam ruang keluarga. Aku bagai se ekor Tikus yang berada dalam cengkraman sang kucing. Aku yang sibuk mengumpulkan puing puing handphone, langsung minggat tanpa permisi…
                Di dalam kamar yang sepi, aku berfikir tentang arti kesetiaan. Ternyata selama ini aku salah. Dan keputusanku yang salah telah menelanjangiku.
Pada malam itu, aku menelpon warsih
. “ warsih maaf in kang mas.”
“emang ada apa mas? Kok minta maaf segala, nanti aja minta maafnya, lebaran, hehe..” jawab Warsih dengan gayanya yang suka becanda. Aku coba ceritakan kejadian sesungguhnya tentang Sukatmi, dari mulai kita bertemu, menjalin hubungan,dan peristiwa tragis yang ku alami malam ini. Aku sudah membayangkan bagaimana kecewanya Warsih saat mendengar pernyataanku. Tapi, lagi lagi aku salah menilai warsih. “mas, ya sudahlah ambil hikmah nya saja, lagian ini salah aku juga. Harusnya aku selalu ada di samping mamas, tapi semua sudah terjadi mas, semoga tak terjadi lagi, dan jangan di ulangi lagi, hehehe,, keep smiley, Arjunaku” mendengar pernyataan Warsih aku begitu terharu dan air mataku semakin tak terbendung. “mas, ambil isi nya, kulitnya, Buang pada tempatnya. Jangan biarkan berserakan. hohohoho”
                Sejak peristiwa itu, aku semakin yakin dengan cinta Warsih, janjiku tak hanya tersimpan dihati, terucap di lisan. Tapi akan aku buktikan dengan perbuatan. Warsih, telah ku mantap kan hatiku padamu, dalam setiap do’aku hanya namamu yang selalu ku selipkan, semoga cinta ku padamu terjalin atas cinta dan ridho-Nya.

1 komentar: